resolusi hari jumat
gue pernah berada dalam fase kecanduan taxi.
sejak gue tau betapa mudahnya mekanisme pemesanan taxi, dan merasakan betapa lelahnya menyetir all the way back and forth from my house to the office for more or less 1 hour [if lucky], bila memungkinkan gue selalu milih naik taxi daripada nyetir sendiri.
tanpa perlu repot cegat taxi di jalanan, tinggal telpon dan dalam waktu kurang dari 30 menit, taxi udah menunggu manis di depan lobby kantor. taxinya bersih, ac-nya dingin, mobilnya baru, pengemudinya sopan. sempurna!
sampai suatu saat....
nggak perlu meladeni orang ngobrol.
kalo macet, tinggal pasang musik dan hati jadi lebih sejuk.
dan nggak perlu menerima semburan virus orang lain. haiyah!
sejak gue tau betapa mudahnya mekanisme pemesanan taxi, dan merasakan betapa lelahnya menyetir all the way back and forth from my house to the office for more or less 1 hour [if lucky], bila memungkinkan gue selalu milih naik taxi daripada nyetir sendiri.
tanpa perlu repot cegat taxi di jalanan, tinggal telpon dan dalam waktu kurang dari 30 menit, taxi udah menunggu manis di depan lobby kantor. taxinya bersih, ac-nya dingin, mobilnya baru, pengemudinya sopan. sempurna!
sampai suatu saat....
- pengemudi yang sopan itu amat sangat ramah sehingga cenderung cerewet ngajak ngobrol terouusss!!! mau nggak ditanggapin kok kasian [secara gue orangnya nggak tegaan]. kalo ditanggapin kok nggak berenti-berenti. akhirnya kalo lagi bepergian naik taxi sama beberapa orang teman, kita jadinya main buang body, mana yang harus melayani pak taxi berdialog [atau monolog], dan yang lainnya pura-pura tidur.
- andaikan si pak taxinya nggak talkative, meaning silence of the taxi. wah enaknyaaa... tapi di saat macet yang berkepanjangan, diam nggak ngapa-ngapain dalam kesunyian amat sangat membosankan. bukan berarti gue jadi pengin diajak bertukar pikiran sama pak taxi, tapi kebutuhan mendengarkan musik seperti di mobil sendiri dirasakan sangat mendesak.
- kalo pak taxinya nggak cerewet, dan ambang kebosanan terjebak dalam macet dan sepi lagi nggak terusik, gue jadi suka merasa bersalah sama pak taxinya. kenapa yaa perjalanan ke rumah gue jauh banget. kenapa yaa macet banget. kan kasian. wah gue jadi nggak enak hati. yang ada gue jadi sangat aware terhadap jalan yang dilalui [ panik kalo macet lagi, macet lagi] dan berusaha kreatif mengusulkan jalan-jalan tikus alternatif guna menyelamatkan pak taxi dari kemacetan.
- once pak taxi diam seribu bahasa, jalan lagi nggak macet [meaning nggak bosen karena sepi dan nggak ada lagu buat didengerin], si bapak tiba-tiba memecah kesunyian dengan BATUK SEKENCANG-KENCANGNYA!!! OHOK OHOK OHOK! GROK OGHROGHK OGROGHK!!!! not just once, or twice, but along the way from menteng to cilandak. itu berarti 45 menit perjalanan dihiasi batuk rejan. selain ganggu, virusnya itu lho beterbangan ke mana-mana. usul seorang teman setiap kali si bapak batuk gue disuruh menirukan iklan obh combi di depannya [i wish obh-nya beneran ada di tangan gue].
nggak perlu meladeni orang ngobrol.
kalo macet, tinggal pasang musik dan hati jadi lebih sejuk.
dan nggak perlu menerima semburan virus orang lain. haiyah!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home